Puisi Karawang – Bekasi Karya Chairil Anwar

3 min read

Puisi Karawang – Bekasi Karya Chairil Anwar

Chairil Anwar adalah penyair terkemuka di Indonesia Angkatan ’45 dan penyair modern Indonesia, bersama dengan penyair lainnya seperti Asrul Sani dan Rivai Apin. Chairil Anwar lahir di Medan, Sumatera Utara pada tanggal 26 Juli 1922, dan meninggal di Jakarta pada tanggal 28 April 1949 pada umur ke-26 tahun.

Chairil Anwar meninggal diumur yang relatif muda, tidak terlepas dari gaya hidupnya yang semnrawut. Vitalitas puitis Chairil Anwar tidak diimbangi dengan kondisi fisik yang prima. Bahkan, sebelum menginjak usia 27 tahun dia sudah terkena sejumlah penyakit, salah satunya adalah TBC. Chairil Anwar kemudian dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Karet Bivak, Jakarta.

Salah satu puisi karya Chairil Anwar yang cukup terkenal adalah puisinya yang bernama “Karawang-Bekasi”. Puisi tersebut oleh Chairil untuk menggambarkan bagaimana beratnya mempertahankan kemerdekaan yang diproklamirkan oleh Ir. Soekarno dan Bung Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945.

Puisi ini menjadi bukti nyata bagaimana pedihnya rasa kehilangan oleh para anggota keluarga yang ditinggalkan, sekaligus menjadi bukti kesadisan dari perang yang dilakukan oleh Tentara Belanda.

Pada 9 Desember 1947, dalam agresi militer Belanda I yang dilancarkan mulai tanggal 21 Juli 1947, tentara Belanda membantai 431 penduduk desa Rawagede, yang terletak di antara Karawang dan Bekasi, Jawa Barat. Selain itu, ketika tentara Belanda menyerbu Bekasi, ribuan rakyat mengungsi ke arah Karawang, dan antara Karawang dan Bekasi timbul pertempuran, yang juga mengakibatkan jatuhnya ratusan korban jiwa di kalangan rakyat. Pada 4 Oktober 1948, tentara Belanda melancarkan “sweeping” lagi di Rawagede, dan kali ini 35 orang penduduk dibunuh.

Puisi Karawang – Bekasi Karya Chairil Anwar

Berikut ini adalah isi dari puisi Karawang Bekasi karya Chairil Anwar

Puisi Karawang – Bekasi

(Oleh: Chairil Anwar)
Kami yang kini terbaring antara Karawang – Bekasi
Tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami
Terbayang kami maju dan berdegap hati ?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda.
Yang tinggal tulang diliputi debu
Kenang, kenanglah kami
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa
Kami sudah beri kami punya jiwa
Kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu jiwa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Ataukah jiwa kami melayang untuk kemerdekaan, kemenangan dan harapan
Atau tidak untuk apa-apa
Kami tidak tahu, kami tidak bisa lagi berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang-kenanglah kami
Menjaga Bung Karno
Menjaga Bung Hatta
Menjaga Bung Syahrir
Kami sekarang mayat
Berilah kami arti
Berjagalah terus di garsi batas pernyataan dan impian
Kenang-kenanglah kami
Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Karawang – Bekasi

Makna dari Karawang – Bekasi Karya Chairil Anwar

Para pahlawan yang dimakamkan sepanjang jarak Karawang-Bekasi seakan mengatakan pada kita bahwa mereka sudah tidak dapat berteriak lagi. Tetapi mereka merasa yakin bahwa tidak ada yang lupa terhadap deru semangat saat mereka maju ke medan perang. Mereka telah tidur panjang di pemakaman sepanjang Karawang-Bekasi.

Walaupun mereka mati muda, tetapi semangat mereka tetap membara dan terus membahana di langit malam yang sepi. Mereka selalu berharap agar pada malam- malam sepi dan hening, keberadaan mereka tetap dikenang sebagai sosok-sosok yang tiada henti berjuang untuk kemerdekaan bangsa dan negara ini. Mereka menyadari bahwa mereka hanya tulang-tulang belulang yang berserakan, dan kita yang menentukan nilai dari tulang-tulang tersebut.

Semangat perjuangan mereka begitu bergelora, walau kemudian mereka terpaksa harus mati muda. Tetapi, semangat kepahlawanan mereka tidak pernah padam. Setiap saat, rasanya mereka bangkit dan ikut maju ke medan perang. Bagi mereka, pekerjaan belumlah selesai. Mereka sudah berusaha sekuat tenaga, tetapi kematian telah menyergap mereka sehingga tidak dapat lagi membuat perhitungan atas gugurnya 4 sampai 5 ribu sahabat mereka.

Kenang, kenanglah kami, adalah sebagian ungkapan yang dituliskan oleh Chairil Anwar sebagai bentuk harapan tulus. Mereka hanya ingin keberadaan mereka tidak dilupakan begitu saja sebab bagi mereka negeri ini adalah jiwanya.

Pengharapan para pahlawan tidak pernah berbatas. Mereka tetap berharap untuk dapat menjaga Bung Karno, menjaga Bung Hatta, menjaga Bung Sjahrir. Mereka tidak rela para pimpinan negeri mengalami hal-hal yang tidak diinginkan. Oleh karena itulah, mereka menitipkan dan berharap agar para pimpinan tetap dijaga.

Dan, meskipun mereka telah terbaring dalam pemakaman sepanjang jarak antara Karawang-Bekasi, tetapi mereka tetap memberikan semangat perjuangan yang tidak ada habisnya. Inilah pengharapan tak berbatas yang sepertinya ingin mereka katakan. Walaupun sebenarnya, mereka telah menjadi tulang belulang yang berserakan antara Karawang-Bekasi.

Pesan Moral dari Puisi Karawang-Bekasi Karya Chairil Anwar

Semangat melanjutkan perjuangan meskipun tidak dalam bentuk perang ataupun harus mati, tetapi lebih kepada memajukan Negara dan tetap mengenang jasa-jasa Pahlawan yang telah tiada. Puisi Chairil Anwar ini merupakan satu cara untuk mengingatkan kita terhadap segala jasa dan perjuangan yang telah dilakukan oleh para pahlawan.

Perjuangan para pahlawan belum selesai hingga Chairil Anwar mencoba mengetuk hati kaum muda untuk melanjutkan perjuangan para pahlawan. Maka dari itu hargailah jasa para pahlawan.

Puisi ini mengandung makna yang dalam, yang menggambarkan insan-insan yang rela mati muda demi perjuangan kemerdekaan yang meminta kesadaran serta simpati insan masa kini untuk tetap mengenang mereka dan melanjutkan perjuangan untuk membela tanah air.

Karya Chairil Anwar dengan judul “Karawang-Bekasi” ini betul-betul hidup dan sangat berkesan bagi siapa saja yang membacanya sehingga menimbulkan semangat untuk melanjutkan sebuah perjuangan yang selalu berkelanjutan. Maka tak salah kalau Chairil Anwar ini dijuluki “Penyair legendaris Indonesia dan Pelopor “Angkatan 45.”

(Dikutip dari linkedin.com dan kaskus.co.id)

Poer Nothingツ
Poer Nothingツ

2 Replies to “Puisi Karawang – Bekasi Karya Chairil Anwar”

  1. Assalamualaikum wr.wb
    Maaf sblmnya, sy izin menggunakan puisi ini untuk diaransemen menjadi muspus pada acara peringatan bulan bahasa. Terima Kasih

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *